LAPORAN PRAKTIKUM
PANEN DAN PASCA PANEN PADI
(Oryza sativa)
MESIN-MESIN PASCA PANEN PADI
Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pasca Panen
Dosen Pengampu : Ir. Zed Nahdi, M.Sc
Disusun oleh:
Nurul Sofiati (2009-41-003)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2012
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ii
PENDAHULUAN……………………………………………………………………. 1
BAB I : PROSES PENANGANAN PASCA PANEN PADI 2
A. Landasan Teori
B. Metode Pelaksanaan
C. Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penanganan pasca panen padi merupakan kegiatan untuk mengurangi susut panen dan mempertahankan kualitas sejak padi dipanen sampai menghasilkan produk antara (intermediate product) yang siap dipasarkan. Kegiatan penanganan pasca panen padi meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu proses pemanenan, penumpukan, pengumpulan, perontokan, pembersihan, pengangkutan, pengeringan, pengemasan, dan penyimpanan.
Besarnya susut yang terjadi dikarenakan kebiasaan pasca panen yang sering dilakukan petani serta kebudayaan suatu daerah tertentu selain itu juga ditentukan oleh varietas padi, kondisi iklim setempat dan kondisi pertanian di masing-masing negara.
2. Perumusan Masalah
Bagaimana cara pasca panen padi dengan mengunakan teknologi pasca panen dari yang tradisional sampai yang modern.
3. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui berbagai macam mesin pasca panen padi yang digunakan.
BAB I
PROSES PENANGANAN PASCA PANEN PADI (Oryzae sativa L)
A. Tinjauan Pustaka
Penanganan pasca panen padi adalah usaha untuk menjaga atau meningkatkan produksi panen padi. Konstribusi penanganan pasca panen terhadap peningkatan produksi padi dapat tercermin dari penurunan kualitas dan kuantitas gabah/ beras sesuai persyaratan mutu. Dalam hal ini, salah satu permasalahan yang sering dihadapi adalah masih kurangnya kesadaran petani terhadap penanganan pasca panen yang baik sehingga mengakibatkan masih tingginya kehilangan hasil dan rendahnya mutu gabah/beras.
Untuk mengatasi masalah ini maka perlu dilakukan penanganan pasca panen yang didasarkan pada prinsip-prinsip Good Handling Practices (GHP) agar dapat menekan kehilangan hasil dan mempertahankan mutu hasil gabah/ beras.
Tujuan GHP :
1) Menekan tingkat susut hasil padi.
2) Memproduksi gabah/beras sesuai persyaratan mutu (SNI).
B. Metode Praktikum
Praktikum Pasca Panen Padi dilaksanakan di Kebun Benih
C. Pembahasan
1) Alat dan Mesin Pemotong Padi
Pemanenan padi harus menggunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomis dan ergonomis. Pada saat ini, alat dan mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti berkembangnya varietas baru yang dihasilkan. Alat pemanen padi telah berkembang dari ani-ani menjadi sabit biasa kemudian menjadi sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat tajam dan terakhir telah di introduksikan reaper, stripper dan combine harvester.
- Cara Pemanenan Padi dengan Reaper
Reaper merupakan mesin pemanen untuk memotong padi sangat cepat. Prinsip kerjanya mirip dengan cara kerja orang panen menggunakan sabit. Mesin ini sewaktu bergerak maju akan menerjang dan memotong tegakan tanaman dan menjatuhkan atau merobohkan tanaman tersebut kearah samping mesin reaper dan ada pula yang mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran besar.
Gambar 1. Reaper
Bagian komponen mesin reaper adalah sebagai berikut:
Kerangka utama terdiri dari pegangan kemudi yang terbuat dari pipa baja dengan diameter ± 32 mm, dilengkapi dengan tuas kopling, tuas pengatur kecepatan, tuas kopling pisau pemotong yang merupakan kawat baja, unit transmisi tenaga merupakan rangkaian gigi transmisi yang terbuat dari baja keras dengan jumlah gigi dan diameter bermacam-macam sesuai dengan tenaga dan kecepatan putar yang diinginkan, unit pisau pemotong terletak dalam rangka pisau pemotong yang terbuat dari pipa besi, besi strip, besi lembaran yang ukurannya bermacam-macam, pisau pemotong merupakan rangkaian mata pisau berbentuk segitiga yang panjangnya 120 cm, unit roda dapat diganti-ganti antara roda karet dan roda besi/keranjang, motor penggerak bensin 3 HP – 2200 RPM dan penggunaan reaper di-anjurkan pada daerah yang kekurangan tenaga kerja dan dioperasikan di lahan pertanian dengan kondisi baik.
2) Penumpukan dan Pengumpulan Padi
Penumpukan dan pengumpulan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah padi dipanen. Untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kehilangan hasil sebaiknya pada waktu penumpukan dan pengangkutan padi menggunakan alas. Penggunaan alas dan wadah pada saat penumpukan dan pengangkutan dapat Pedoman Penanganan Pasca Panen Padi 21 menekan kehilangan hasil antara 0,94 – 2,36 %.
3) Perontokan
Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan dan pengumpulan padi. Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %. Cara perontokan padi telah mengalami perkembangan dari cara digebot menjadi menggunakan pedal thresher dan power thresher.
3.1. Perontokan padi dengan cara digebot
Gebotan merupakan alat perontok padi tradisional yang masih banyak digunakan petani. Bagian komponen alat gebotan terdiri dari: (1) Rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan 4 kaki berdiri di atas tanah, dapat dipindah-pindah. (2) Meja rak perontok terbuat dari belahan bambu/kayu membujur atau melintang dengan jarak renggang 1 – 2 cm. (3) Di bagian belakang, samping kanan dan kiri diberi dinding penutup dari tikar bambu, plastik lembaran atau terpal sedangkan bagian depan terbuka.
3.2. Perontokan padi dengan pedal thresher
Dengan menggunakan pedal tresher maka didapat beberapa keuntugan diantaranya dapat menghasilkan hasil lebih baik juga menunjukkan efisiensi waktu dan tenaga lebih tinggi , kehilangan bulir yang lebih rendah kapasitas kerja 75 – 100 kg per jam dan cukup dioperasikan oleh 1 orang.
Gambar 2 : Pedal Thresher
Berikut ini cara perontokan padi dengan pedal thresher : Pedal perontok diinjak dengan kaki naik turun, putaran poros pemutar memutar silinder perontok. putaran silinder perontok yang memiliki gigi perontok dimanfaatkan dengan memukul gabah yang menempel pada jerami sampai rontok, dan arah putaran perontok berlawanan dengan posisi operator (menjauh dari operator).
3.3. Mesin Power Thresher
Mesin Power Thresher (Mesin Perontok Padi) adalah jenis mesin perontok yang telah terbukti sangat cocok dengan berbagai jenis lahan persawahan di Indonesia.
Gambar 3
Unsur-unsur yang mendukung peningkatan keuntungan adalah kecepatan proses perontokan dan pembersihan sehingga menghemat waktu. Lebih penting lagi power thresher terbukti dapat mengurangi kehilangan gabah saat perontokan dan mengurangi kerusakan (pecah) butir gabah sehingga petani memperoleh nilai tambah dalam usaha taninya.
4) Pengupas
Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras. Proses penggilingan gabah meliputi pengupasan sekam, pemisahan gabah, penyosohan, pengemasan dan penyimpanan. Bagian komponen mesin penggiling terdiri dari :
a. Motor penggerak
b. Pengupas sekam biasanya dipakai tipe roll karet
c. Pemisah gabah
d. Penyosoh
4.1. ITGM atau Integrated Thressing Grading Machine
ITGM atau Integrated Thressing Grading Machine adalah mesin pertanian yang dapat digunakan untuk merontokkan sekaligus mengupas padi menjadi beras dan memisahkan menirnya.
Gambar 4
ITGM memiliki 4 bagian utama, yaitu :Thresher, Huller, Selector, Converyor
5) Pengeringan
Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gabah sampai mencapai nilai tertentu sehingga siap untuk diolah/digiling atau aman untuk disimpan dalam waktu yang lama. Pada saat ini cara pengeringan padi telah berkembang dari cara penjemuran menjadi pengering buatan.
5.1. Penjemuran
Penjemuran merupakan proses pengeringan gabah basah dengan memanfaatkan panas sinar matahari. Untuk mencegah bercampurnya kotoran, kehilangan butiran gabah, memudahkan pengumpulan gabah dan menghasilkan penyebaran panas yang merata, maka penjemuran harus dilakukan dengan menggunakan alas. Penggunaan alas untuk penjemuran telah berkembang dari anyaman bambu kemudian menjadi lembaran plastik/terpal dan terakhir lantai dari semen/beton.
5.2. Pengering Buatan
a. Flat Bed Dryer
Flat Bed Dryer merupakan mesin pengering yang terdiri dari: (1) Kotak pengering terbuat dari plat lembaran, berbentuk kotak persegi panjang dengan ukuran bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Pada kira-kira bagian kotak terdapat sekat/lantai yang berlubang terbuat dari plat baja, terbagi menjadi 2 ruangan, atas dan bawah. (2) Blower/kipas dan kompor panas terletak di sebelah luar kotak pengering, dihubungkan dengan cerobong. (3) Kompor pemanas memakai bahan bakar minyak tanah.
b. Continuous Flow Dryer
Continuous Flow Dryer merupakan mesin pengering dengan bagian komponen mesin yeng terdiri dari kotak pengering, komponen pemanas seperti kompor, kipas / blower, motor penggerak, dan screw conveyor discharge. Pengeringan dengan continuous flow dryer dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Gabah yang akan dikeringkan dimasukan pada kotak pengering. Udara pemanas dihembuskan pada salah satu sisi kotak pengering dan keluar lewat sisi yang lain.
- Pada saat pengeringan gabah terus turun ke bawah dan dikeluarkan pada bagian bawah “Screw Conveyor Dischange” yang terletak pada bagian bawah kotak pengering. Besarnya kecepatan keluarnya gabah dapat diatur.
6) Penyimpanan
Penyimpanan merupakan tindakan untuk mempertahankan gabah/beras agar tetap dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu. Kesalahan dalam melakukan penyimpanan gabah/ beras dapat mengakibatkan terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur, dan serangan serangga, binatang mengerat dan kutu beras yang dapat menurunkan mutu gabah/beras.
7) Standarisasi
a. Persyaratan Mutu Gabah Sesuai SNI
Standar mutu gabah meliputi persyaratan kualitatif dan persyaratan kuantitatif.
Persyaratan kualitatif
• Bebas hama dan penyakit
• Bebas bau busuk, asam atau bau-bau lainnya
• Bebas dari bahan kimia seperti sisa-sisa pupuk, insektisida, fungisida dan bahan kimia lainnya.
Persyaratan kuantitatif mutu gabah sesuai SNI
b. Persyaratan Mutu Beras Sesuai dengan SNI
Persyaratan mutu beras mencakup :
Persyaratan kualitatif
• Bebas hama dan penyakit
• Bebas bau busuk, asam atau bau-bau lainnya
• Bebas dari bekatul
• Bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang membahayakan.
Persyaratan kuantitatif mutu beras giling sesuai SNI 01-6128-1999
baik makasih juragan
ReplyDeletesippp
ReplyDelete