Friday, July 6, 2012

PENGARUH PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA (Lactuca sativa)

PROPOSAL PENYAJIAN ILMIAH
PENGARUH PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA (Lactuca sativa)









Disusun Oleh:
Nurul Sofiati (2009-41-003)




PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyusun Proposal Penyajian Ilmiah dengan judul Pengaruh Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa).
Proposal ini diajukan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah penyajian ilmiah Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Hadi Supriyo, MS. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus.
2. Ir. Suharjianto, selaku Dosen pengampu mata kuliah Penyajian Ilmiah.
3. Drs. RM Hendy Hendro HS,M.Si, Selaku Dosen Pembimbing Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus.
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, atas segala bantuan dan bimbingan sehingga proposal seminar ini dapat tersusun.
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal penyajian ilmiah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu agar lebih baik maka penulis berharap atas saran dan kritik yang bersifat membangun. Kemudian atas saran dan kritik dari semua pihak penulis sampaikan terima kasih.



Kudus, Juli 2012

Penulis.






DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang…………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 2
C. Tujuan………………………………………………………………. 2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 3
A. Botani Selada………………………………………………………... 3
B. Pupuk Urea………………………………………………………….. 4
BAB III : PEMBAHASAN 5
BAB IV : KESIMPULAN 6
DAFTAR PUSTAKA 7






BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selada (Lactuca sativa) adalah tumbuhan sayur yang biasa ditanam di daerah beriklim sedang maupun daerah tropika. Kegunaan utama adalah sebagai salad. Menurut sejarahnya, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2500 tahun yang lalu. Tanaman selada berasal dari kawasan Amerika. Hal ini dibuktikan oleh Christoper Columbus pada tahun 1493 yang menemukan tanaman selada di daerah Hemisphere bagian barat dan Bahamas (Rukmana, 1994).
Selain dimanfaatkan sebagai salad ternyata selada juga sangat bermanfaat bagi tubuh diantaranya: (1). Mampu membantu pembentukan sel darah putih dan sel darah merah dalam susunan sum-sum tulang (2). Mengurangi resiko terjadinya kanker dan tumor (3). Mengurangi resiko terkena penyakit katarak (4). Membantu kerja pencernaan dan kesehatan organ-organ di sekitar hati dan (5). Menghilangkan gangguan anemia. Hal ini dikarenakan dalam selada mengandung mineral, vitamin, antioksidan, potassium, zat besi, folat, karoten, vitamin C dan vitamin E.
Cahyono (2005) menyatakan bahwa selada mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi setelah kubis krob, kubis bunga dan brokoli. Produksi selada masih rendah maka tanaman selada perlu dipupuk. Menurut Rukmana (1994) hasil selada dapat mencapai 13 ton per hektar, sedangkan hasil diperoleh di Jawa tengah baru mencapai 6,64 ton per hektar. Dibanding potensi hasil Nasional jauh lebih rendah, karena potensi hasil Nasional dapat mencapai 10-20 ton per hektar. Didaerah sentral produksi di Cipanas dapat mencapai 12,5 ton per hektar.
Kendala yang menyebabkan rendahnya produksi selada diantaranya dikarenakan kekurangan unsur hara N pada tanah. Kekurangan unsur hara N dapat menyebabkan pertumbuhannya terhambat. Unsur ini merupakan unsur hara utama yang dibutuhkan tanaman terutama pada masa vegetatif (Sarief, 1986).

B. Rumusan Masalah
Apakah pemberian pupuk urea berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa)?
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk urea tehadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa)
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani Selada (Lactuca sativa)
Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman selada adalah sebagai berikut:

Kingdom :Plantae
Divisio :Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Lactuca
Spesies : Lactuca sativa L.
Tanaman selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar serabut menempel pada batang, tumbuh menyebar, ke semua arah pada kedalaman 20-50 cm atau lebih. Sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman diserap oleh akar serabut. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh lurus ke pusat bumi (Rukmana, 1994).
Daun selada memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam, bergantung varietasnya. Daun selada krop berbentuk bulat dengan ukuran daun yang lebar, berwarna hijau terang dan hijau agak gelap. Daun selada memiliki tangkai daun lebar dengan tulang daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan halus. Daun bersifat lunak dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa agak manis. Daun selada umumnya memiliki ukuran panjan 20-25 cm dan lebar 15 cm (Wicaksono, 2008).
Tanaman selada memiliki batang sejati. Batang selada krop sangat pendek dibanding dengan selada daun dan selada batang. Batangnya hampir tidak terlihat dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah. Diameter batang selada krop juga lebih kecil yaitu berkisar antara 2-3 cm dibanding dengan selada batang yang diameternya 5,6-7 cm dan selada daun yang diameternya 2-3 cm (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Bunga selada berbentuk dompolan (inflorescence). Tangkai bunga bercabang banyak dan setiap cabang akan membentuk anak cabang. Pada dasar bunga terdapat daun - daun kecil, namun semakin ke atas daun tersebut tidak muncul. Bunganya berwarna kuning. Setiap krop panjangnya antara 3-4 cm yang dilindungi oleh beberapa lapis daun pelindung yang dinamakan volucre. Setiap krop mengandung sekitar 10-25 floret atau anak bunga yang mekarnya serentak (Ashari, 1995).
Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu, agak keras, berwarna coklat, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang empat milimeter dan lebar satu milimeter. Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dan dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

B. Pupuk Urea
Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH2 CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat.
Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kg Nitrogen. Kegunaan pupuk Urea Unsur hara Nitrogen yang dikandung dalam pupuk Urea sangat besar kegunaannya bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan, antara lain:
1. Membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun (chlorophyl) yang mempunyai peranan sangat panting dalam proses fotosintesa
2. Mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-lain)
3. Menambah kandungan protein tanaman
4. Dapat dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura, tanaman perkebunan, usaha peternakan dan usaha perikanan.
Gejala kekurangan unsur hara Nitrogen :
1. Daun tanaman berwarna pucat kekuning-kunigan
2. Daun tua berwarna kekuning-kuningan dan pada tanaman padi warna ini dimulai dari ujung daun menjalar ke tulang daun
3. Dalam keadaan kekurangan yang parah daun menjadi kering dimulai dari daun bagian bawah terus ke bagian atas
4. Pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil
5. Perkembangan buah tidak sempurna atau tidak baik, sering kali masak sebelum waktunya.












BAB III
PEMBAHASAN

Unsur Nitrogen merupakan unsur yang paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman selada dibandingkan unsur lainnya (Salisbury dan Ross 1995). Bila N cukup dan kondisi pertumbuhan yang baik maka protein akan terbentuk. Pada kondisi karbohidrat sedikit disimpan pada bagian vegetatif, maka protoplasma akan lebih banyak dibentuk, sehingga tanaman akan sukulen karena protoplasma banyak mengandung air (Havlin et al., 1999).
Dari hasil penelitian Djamaan (2006), pemberian urea 0,3 g/pot memberikan produksi lebih tinggi (61,1 g) dari tanpa pemberian Urea (60,4 g). Namun penambahan dosis pupuk Urea dari 0.3 g/pot sampai 1.2 g/pot menunjukkan hasil yang terus menurun bahkan hasilnya lebih rendah dari pada tanpa pemberian urea. Penambahan Urea terlalu banyak menyebabkan tidak terjadinya keseimbangan pupuk dalam tanah, sehingga tanaman tidak sempurna menyerap hara, akibatnya tanaman tidak berkembang.
Penggunaan Urea yang berlebihan mengakibatkan turunnya pH tanah sehingga mikriflora dan fauna mati, tanah menjadi padat dan tata aerasi tanah menjadi jelek, yang akhirnya menghambat perkembangan akar dan pertumbuhan tanaman. Akibatnya kemampuan tanaman untuk menyerap air dan unsur hara yang tidak mobil seperti P, K dan Zn menurun (Comish, 1984 dan Hammel, 1989).
Di lihat dari parameter lebar daun dan diameter daun, penelitian Djamaan (2006) ini juga menunjukkan hasil yang sama dari parameter hasil tanaman. Peningkatan hasil akibat penambahan pupuk Urea ini disebabkan karena tanaman selada merupakan sayuran yang dipanen pada masa vegetatif.


BAB IV
KESIMPULAN

1. Pupuk Urea N berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada
2. Pemberian pupuk Urea yang seimbang akan memberikan hasil yang lebih baik karena diserap penuh oleh tanaman
3. Pemberian pupuk Urea dengan dosis berlebih menyebabkan penurunan hasil produksi tanaman selada















DAFTAR PUSTAKA

Ashari. 1995. Botani Kubis dan Sawi. Rineka Cipta. Jakarta. 177 hlm.
Cahyono. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta. 117 hlm.
Comish, P.S, H.B. So and J.R. Mc William.1984. Effects of Soil Bulk Density and Water regional on Root Growth and Uptake Of Phosphorus By Ryeguna. Aust. J. Of agric. Res. p.35: 631-644.

Djamaan (2006). Pemberian Nitrogen (Urea) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada (lactuca sativa l). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sumatera Barat

Hammel, J.E. 1989. Long Term Tillage and Crop Rotation Effect on Bulk Density and Soil Impedence In Northern Idaho. Soil Sci. Soc . Am.J.53: p.1515-1519

Haryanto, E.,E. Rahayu, dan Suhartini. 1995. Sawi dan Selada. PT. Penebar Swadaya. Jakarta
Havlin. J.L., J.D. Beaton, SM. Tisdale and W.L. Nelson .1999. Soil Fertility and Fertilizers 6 th. Colition. Perintice. Hall. New Jersey. 499 p.

Rubatzky dan Yamaguchi. 1998. Plant Physiology. Springer. Jepang .629 p.
Rukmana, R.1994. Bertanam Selada dan Andewi. Kanisius. Yogyakarta
Salisbury, F. B, dan CW. Ross.1995. Fisiology Tumbuhan , Jilid dua. Penterjemah Lukman DR dan Sumaryono. ITB Bandung. 173 hal.

Sarief. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 177 hlm.
Wicaksono. 2008. Morfologi Tanaman Sayuran. Gajah Mada University. Press, Yogyakarta . 421 hal.

Wednesday, June 20, 2012

Tony Q Rastafara

Hahahaha.... salah kamar ini.... aslinya bukan my favorit band... gw ralat guyz... entri ini my inspirator ajah...

Sebagai pemakai nama Rastafaras gw mau ngebahas icon reggae di Indonesia yaitu Om Tony.
Beliau nih.. lahir di Semarang, 27 April 1961. Kebanyakan dari lagu2 Om Tony ini berisikan hal-hal yang bertema sosial, pokoknya semua merupakan hal-hal yang akrab di kehidupan kita. Hmm... easy listening juga.

Lagu-lagunya inspiring banget deh....
Check lagu favorit gw guyz...
1. Pesta Pantai


2. Don't Worry


3. Reggae dot com


4. This is My way


5. Tertanam

My Chemical Romance

MCR atau My Chemical Romance adalah  salah satu band favorit gw.. Lagu-lagunya bagus terutama pada album "Black Parade" nya. Sekilas tentang MCR : merupakan band asal new jersey yang dibentuk pada tahun 2001. Dengan formasi  Gerard way sebagai vokalis,  Ray Toro dan Frank Jero sebagai gitaris, dan si ganteng Mikey way sebagai bassist nya. 


Album-album yang dihasilkan diantaranya "Three cheers for Sweet Revenge", "The Black Parade", and "The True Lives of the Fabuolus Killjoys".

Gerard on The stage


Check out My Favorite Song's :
1.The Ghost of You


2. Cancer


3. House of Wolves


4. Mama


5. Famous Last World

Tuesday, June 19, 2012

Penanganan Pasca Panen Gandum


MAKALAH
PENANGANAN PASCA PANEN TANAMAN GANDUM (Triticum aestivum)

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pasca Panen
Dosen Pengampu : Ir. Adri Haris Sasongko



Disusun oleh:
Nurul Sofiati               (2009-41-003)


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2012

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gandum merupakan komoditas penting untuk mendukung pengembangan diversifikasi pangan. Permintaan gandum saat ini sebagai bahan pangan terus meningkat. Pengembangan produksi gandum telah cukup berhasil dilakukan di 8 propinsi. Keberhasilan pengembangan produksi gandum perlu diikuti dengan penanganan pasca panen yang baik agar dapat menghasilkan gandum yang berkualitas sesuai persyaratan mutu dan keamanan pangan. Untuk mendorong dan memfasilitasi pengembangan pasca panen gandum mutlak diperlukan penerapan teknologi pasca panen gandum. Sebagaimana kita ketahui, penurunan kuantitas dan kualitas bahan pangan dapatterjadi selama penyimpanan di gudang yang disebabkan oleh serangan serangga, tikus, burung dan mikroorganisme. Iklim negara kita yang panas dan lerilbab, merupakan kondisi yang sangat baik bagi pertumbuhan serangga hama dan mikroorganisme tersebut di atas sehingga mempercepat proses deteriorisasi.

B. Tujuan Penanganan Pasca Panen

1.    Menekan tingkat kehilangan hasil karena susut,  tercecer, rusak dan sebagainya
2.    Menghasilkan gandum yang berkualitas sesuai persyaratan mutu dan keamanan pangan










BAB II
PEMBAHASAN

Penanganan pasca panen gandum merupakan kegiatan sejak gandum dipanen sampai dengan menghasilkan produk antara (intermediate product) yang siap dipasarkan. 
Ruang lingkup penanganan pasca panen gandum mencakup :
      Pemanenan
      Perontokan
      Pembersihan
      Pengeringan
      Penggilingan
      Penyosohan
      Penyimpanan

1. Pemanenan
Pemanenan merupakan proses pemotongan batang gandum. Pemanenan gandum dapat dilakukan dengan menggunakan sabit atau mesin pemanen gandum. Sabit merupakan alat terdiri dari gagang yang terbuat dari kayu bulat berdiameter 2 cm dan panjang 15 cm dan mata pisau yang terbuat dari baja keras.
2. Perontokan
Perontokan merupakan proses pemisahan gandum dari malainya. Perontokan gandum dapat dilakukan dengan menggunakan alat perontok dengan tenaga manusia (pedal thresher) atau alat perontok dengan tenaga motor (power thresher). Pedal thresher merupakan alat yang terdiri dari silinder bergigi yang putarannya dihasilkan oleh tenaga manusia. Power Thresher merupakan alat yang terdiri dari silinder bergigi yang putarannya dihasilkan oleh tenaga motor yang berkekuatan 1 – 3 HP.

3. Pembersihan
Pembersihan merupakan proses pemisahan gandum dari kotoran atau benda asing lainnya. Pembersihan dapat dilakukan dengan cara : ditampi, diayak, blower manual dan alat pembersih dengan tenaga motor (cleaner).

4. Pengeringan
Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gandum sampai nilai tertentu sehingga siap diolah/digiling atau aman untuk disimpan dalam waktu yang lama. Pengeringan gandum dapat dilakukan dengan penjemuran atau menggunakan mesin pengering (dryer). Keuntungan penggunaan mesin pengering yaitu : efisien, tidak tergantung cuaca, dan kualitas hasil pengeringan lebih baik.

5. Penggilingan
Penggilingan merupakan proses pengecilan ukuran menjadi bagian yang lebih halus. Penggilingan gandum dapat dilakukan dengan alat penggiling yaitu : hammer mill, attrition mill dan roller mill.
·         Hammer mill : mengecilkan ukuran dengan pukulan gigi penggiling.
·         Attrition mill : mengecilkan ukuran dengan tekanan dan gesekan.
·         Roller mill : mengecilkan ukuran dengan tekanan dan gesekan.

6. Penyosohan
a. Penentuan pemanenan
b. Teknologi penyosohan dengan teknologi excisting di tingkat petani
c. Teknologi penyosohan di RMU komersial yang mengadopsi sistem abrasif
d. Hasil penyosohan gandum di RMU komersial
e. Penyempurnaan proses abrasif di Instalasi
f. Uji coba perendaman gandum dengan ozonisasi dan asam askorbat

6. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan proses untuk mempertahankan bahan/hasil produksi agar tetap dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu. Penyimpanan gandum dapat dilakukan dengan sistem curah atau menggunakan kemasan/wadah seperti karung plastik, dan lain-lain.

USAHA PERAWATAN KUALITAS GANDUM

1. Fumigasi dan Penyemprotan ("Spraying").
Pemberantasan serangga hama gudang merupakan bagian utama dari usaha perawatan kualitas gandum. Hingga saat· ini fumigasi dan penyemprotan insektisida masih merupakan cara utama untuk memberantas serangga hama gudang. Dalam aplikasinya fumigasi dan penyemprotan insektisida bersifat saling melengkapi. Fumigasi dilakukan depgan cara menutup stapelen bahan pangan dengan plastikkemudian dilanjutkan dengan pemberian gas yang dilepaskan oleh fumigan sesuaidengan dosis yang dibutuhkan. Dengan fumigasi serangga hama gudang yang berada di dalam gudang dan di dalam butiran biji-bijian diharapkan dapat terbunuh. Penyemprotan insektisida pada permukaan luar stapelan gandum dilakukan dengan maksud untuk mencegah serangan kembali (reinfestasi) serangga hama gudang setelah fumigasi. Di samping itu penyemprotan insektisida dilakukan untuk membunuh serangga hama yang bersembunyi pada celah-celah dinding yang retak atau pada langit-Iangit dan lantai gudang.
Jenis-jenis pestisida yang dapat digunakan untuk pemberantasan serangga hama gudang sangat terbatas jumlahnya mengingat adanya peraturan yang ketat tentang penggunaan pestisida pada. bahan pangan. Pestisida tadi haruslah memenuhi persyaratan ntara lain:
·         efektif pada cara penggunaan yang ekonomis
·         tidak meninggalkan residu yang melebihi batas maksimum (MRL)
·         tidak mempengaruhi kualitas, rasa dan bau gandum
·         tidak mudah terbakar dan menimbulkan karat.

2. Sanitasi dan Manajemen Pergudangan.
Pengawasan/inspeksi terhadap kualitas bahan yang disimpan di gudang-gudang dilakukan secara teratur untuk mengetahui seberapa jauh serangan hama yang mungkin terjadi, penurunan kualitas dan lain-lain. Dari sistem pengawasan yang teratur dapat segera dilakukan tindakan-tindakan pencegahan dan pemberantasan atau penyaluran bahan pangan dengan segera bila diperlukan. Dalam kerangka manajemen pergudangan yang baik selain melakukan system penumpukan yang memenuhi syarat, juga prinsip FIFO (First in first out) sedapat mungkin dilaksanakan dalam penyaluran bahan pangan.

3. Peningkatan Kualitas Bahan Pangan yang Akan Disimpan.
Beberapa aspek kualitas awal yang penting untuk penyimpanan bahan pangan misalnya kadar air, derajat sosoh dan jumlah butir patah.
Tingginya kadar air di samping mempermudah pertumbuhan kapangjuga dapat meningkatkan fertilitas serangga. Beberapa jenis hama primer seperti Sitophilus oryzae masih dapat berkembang dengan baik pada kadar air di bawah 14 persen. Walaupun demikian batas tersebut sedikit banyak telah menghambat tumbuhnya jenis-jenis serangga hama yang lain. Tinggi kandungan butir patah sangat membantu perkembangan hama sekunder seperti Tribolium confusum dan Oryzaephilus surinamensis. Demikian pula derajat sosoh gandum sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan hama sekunder seperti Corcyra cephalonica dan T. castaneum. Misalnya apabila derajat sosoh kurang dari 75 persen dalam waktu 3 bulan larva Ccephalonica dapat menimbulkan kerusakan berat pada gandum.

ASPEK-ASPEK YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENANGANAN PASCA PANEN

       Lokasi bangunan tempat penanganan pasca panen harus memenuhi persyaratan : bebas dari cemaran, tidak di daerah yang saluran pembuangan airnya buruk, harus dekat dengan sentra produksi, tidak dekat dengan perumahan penduduk.
       Bangunan untuk penanganan pasca panen harus memenuhi persyaratan teknik dan kesehatan : dilengkapi dengan fasilitas sanitasi, saluran pembuangan dan sarana toilet.
       Alat dan mesin yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis, ekonomis, sosial, ergonomis dan kesehatan.
       Wadah dan pembungkus harus : dapat melindungi dan mempertahankan mutu isinya terhadap pengaruh dari luar, dibuat dari bahan yang tidak mengganggu kesehatan atau mempengaruhi mutu produk
       Tenaga kerja harus memenuhi persyaratan : berbadan sehat, trampil, dan sebagainya 























Saturday, June 9, 2012

Laporan Mesin-mesin Pasca Panen Padi

LAPORAN PRAKTIKUM
PANEN DAN PASCA PANEN PADI
(Oryza sativa)
MESIN-MESIN PASCA PANEN PADI

Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pasca Panen
Dosen Pengampu : Ir. Zed Nahdi, M.Sc







Disusun oleh:

Nurul Sofiati (2009-41-003)


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2012


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ii
PENDAHULUAN……………………………………………………………………. 1
BAB I : PROSES PENANGANAN PASCA PANEN PADI 2
A. Landasan Teori
B. Metode Pelaksanaan
C. Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA















PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penanganan pasca panen padi merupakan kegiatan untuk mengurangi susut panen dan mempertahankan kualitas sejak padi dipanen sampai menghasilkan produk antara (intermediate product) yang siap dipasarkan. Kegiatan penanganan pasca panen padi meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu proses pemanenan, penumpukan, pengumpulan, perontokan, pembersihan, pengangkutan, pengeringan, pengemasan, dan penyimpanan.
Besarnya susut yang terjadi dikarenakan kebiasaan pasca panen yang sering dilakukan petani serta kebudayaan suatu daerah tertentu selain itu juga ditentukan oleh varietas padi, kondisi iklim setempat dan kondisi pertanian di masing-masing negara.

2. Perumusan Masalah
Bagaimana cara pasca panen padi dengan mengunakan teknologi pasca panen dari yang tradisional sampai yang modern.

3. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui berbagai macam mesin pasca panen padi yang digunakan.













BAB I
PROSES PENANGANAN PASCA PANEN PADI (Oryzae sativa L)
A. Tinjauan Pustaka
Penanganan pasca panen padi adalah usaha untuk menjaga atau meningkatkan produksi panen padi. Konstribusi penanganan pasca panen terhadap peningkatan produksi padi dapat tercermin dari penurunan kualitas dan kuantitas gabah/ beras sesuai persyaratan mutu. Dalam hal ini, salah satu permasalahan yang sering dihadapi adalah masih kurangnya kesadaran petani terhadap penanganan pasca panen yang baik sehingga mengakibatkan masih tingginya kehilangan hasil dan rendahnya mutu gabah/beras.
Untuk mengatasi masalah ini maka perlu dilakukan penanganan pasca panen yang didasarkan pada prinsip-prinsip Good Handling Practices (GHP) agar dapat menekan kehilangan hasil dan mempertahankan mutu hasil gabah/ beras.
Tujuan GHP :
1) Menekan tingkat susut hasil padi.
2) Memproduksi gabah/beras sesuai persyaratan mutu (SNI).

B. Metode Praktikum
Praktikum Pasca Panen Padi dilaksanakan di Kebun Benih
C. Pembahasan
1) Alat dan Mesin Pemotong Padi
Pemanenan padi harus menggunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomis dan ergonomis. Pada saat ini, alat dan mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti berkembangnya varietas baru yang dihasilkan. Alat pemanen padi telah berkembang dari ani-ani menjadi sabit biasa kemudian menjadi sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat tajam dan terakhir telah di introduksikan reaper, stripper dan combine harvester.
- Cara Pemanenan Padi dengan Reaper
Reaper merupakan mesin pemanen untuk memotong padi sangat cepat. Prinsip kerjanya mirip dengan cara kerja orang panen menggunakan sabit. Mesin ini sewaktu bergerak maju akan menerjang dan memotong tegakan tanaman dan menjatuhkan atau merobohkan tanaman tersebut kearah samping mesin reaper dan ada pula yang mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran besar.
Gambar 1. Reaper
Bagian komponen mesin reaper adalah sebagai berikut:
Kerangka utama terdiri dari pegangan kemudi yang terbuat dari pipa baja dengan diameter ± 32 mm, dilengkapi dengan tuas kopling, tuas pengatur kecepatan, tuas kopling pisau pemotong yang merupakan kawat baja, unit transmisi tenaga merupakan rangkaian gigi transmisi yang terbuat dari baja keras dengan jumlah gigi dan diameter bermacam-macam sesuai dengan tenaga dan kecepatan putar yang diinginkan, unit pisau pemotong terletak dalam rangka pisau pemotong yang terbuat dari pipa besi, besi strip, besi lembaran yang ukurannya bermacam-macam, pisau pemotong merupakan rangkaian mata pisau berbentuk segitiga yang panjangnya 120 cm, unit roda dapat diganti-ganti antara roda karet dan roda besi/keranjang, motor penggerak bensin 3 HP – 2200 RPM dan penggunaan reaper di-anjurkan pada daerah yang kekurangan tenaga kerja dan dioperasikan di lahan pertanian dengan kondisi baik.

2) Penumpukan dan Pengumpulan Padi
Penumpukan dan pengumpulan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah padi dipanen. Untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kehilangan hasil sebaiknya pada waktu penumpukan dan pengangkutan padi menggunakan alas. Penggunaan alas dan wadah pada saat penumpukan dan pengangkutan dapat Pedoman Penanganan Pasca Panen Padi 21 menekan kehilangan hasil antara 0,94 – 2,36 %.

3) Perontokan
Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan dan pengumpulan padi. Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %. Cara perontokan padi telah mengalami perkembangan dari cara digebot menjadi menggunakan pedal thresher dan power thresher.
3.1. Perontokan padi dengan cara digebot
Gebotan merupakan alat perontok padi tradisional yang masih banyak digunakan petani. Bagian komponen alat gebotan terdiri dari: (1) Rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan 4 kaki berdiri di atas tanah, dapat dipindah-pindah. (2) Meja rak perontok terbuat dari belahan bambu/kayu membujur atau melintang dengan jarak renggang 1 – 2 cm. (3) Di bagian belakang, samping kanan dan kiri diberi dinding penutup dari tikar bambu, plastik lembaran atau terpal sedangkan bagian depan terbuka.
3.2. Perontokan padi dengan pedal thresher
Dengan menggunakan pedal tresher maka didapat beberapa keuntugan diantaranya dapat menghasilkan hasil lebih baik juga menunjukkan efisiensi waktu dan tenaga lebih tinggi , kehilangan bulir yang lebih rendah kapasitas kerja 75 – 100 kg per jam dan cukup dioperasikan oleh 1 orang.

Gambar 2 : Pedal Thresher

Berikut ini cara perontokan padi dengan pedal thresher : Pedal perontok diinjak dengan kaki naik turun, putaran poros pemutar memutar silinder perontok. putaran silinder perontok yang memiliki gigi perontok dimanfaatkan dengan memukul gabah yang menempel pada jerami sampai rontok, dan arah putaran perontok berlawanan dengan posisi operator (menjauh dari operator).
3.3. Mesin Power Thresher
Mesin Power Thresher (Mesin Perontok Padi) adalah jenis mesin perontok yang telah terbukti sangat cocok dengan berbagai jenis lahan persawahan di Indonesia.

Gambar 3
Unsur-unsur yang mendukung peningkatan keuntungan adalah kecepatan proses perontokan dan pembersihan sehingga menghemat waktu. Lebih penting lagi power thresher terbukti dapat mengurangi kehilangan gabah saat perontokan dan mengurangi kerusakan (pecah) butir gabah sehingga petani memperoleh nilai tambah dalam usaha taninya.
4) Pengupas
Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras. Proses penggilingan gabah meliputi pengupasan sekam, pemisahan gabah, penyosohan, pengemasan dan penyimpanan. Bagian komponen mesin penggiling terdiri dari :
a. Motor penggerak
b. Pengupas sekam biasanya dipakai tipe roll karet
c. Pemisah gabah
d. Penyosoh

4.1. ITGM atau Integrated Thressing Grading Machine
ITGM atau Integrated Thressing Grading Machine adalah mesin pertanian yang dapat digunakan untuk merontokkan sekaligus mengupas padi menjadi beras dan memisahkan menirnya. 

Gambar 4
ITGM memiliki 4 bagian utama, yaitu :Thresher, Huller, Selector, Converyor

5) Pengeringan
Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gabah sampai mencapai nilai tertentu sehingga siap untuk diolah/digiling atau aman untuk disimpan dalam waktu yang lama. Pada saat ini cara pengeringan padi telah berkembang dari cara penjemuran menjadi pengering buatan.
5.1. Penjemuran
Penjemuran merupakan proses pengeringan gabah basah dengan memanfaatkan panas sinar matahari. Untuk mencegah bercampurnya kotoran, kehilangan butiran gabah, memudahkan pengumpulan gabah dan menghasilkan penyebaran panas yang merata, maka penjemuran harus dilakukan dengan menggunakan alas. Penggunaan alas untuk penjemuran telah berkembang dari anyaman bambu kemudian menjadi lembaran plastik/terpal dan terakhir lantai dari semen/beton.
5.2. Pengering Buatan
a. Flat Bed Dryer
Flat Bed Dryer merupakan mesin pengering yang terdiri dari: (1) Kotak pengering terbuat dari plat lembaran, berbentuk kotak persegi panjang dengan ukuran bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Pada kira-kira bagian kotak terdapat sekat/lantai yang berlubang terbuat dari plat baja, terbagi menjadi 2 ruangan, atas dan bawah. (2) Blower/kipas dan kompor panas terletak di sebelah luar kotak pengering, dihubungkan dengan cerobong. (3) Kompor pemanas memakai bahan bakar minyak tanah.
b. Continuous Flow Dryer
Continuous Flow Dryer merupakan mesin pengering dengan bagian komponen mesin yeng terdiri dari kotak pengering, komponen pemanas seperti kompor, kipas / blower, motor penggerak, dan screw conveyor discharge. Pengeringan dengan continuous flow dryer dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Gabah yang akan dikeringkan dimasukan pada kotak pengering. Udara pemanas dihembuskan pada salah satu sisi kotak pengering dan keluar lewat sisi yang lain.
- Pada saat pengeringan gabah terus turun ke bawah dan dikeluarkan pada bagian bawah “Screw Conveyor Dischange” yang terletak pada bagian bawah kotak pengering. Besarnya kecepatan keluarnya gabah dapat diatur.
6) Penyimpanan
Penyimpanan merupakan tindakan untuk mempertahankan gabah/beras agar tetap dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu. Kesalahan dalam melakukan penyimpanan gabah/ beras dapat mengakibatkan terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur, dan serangan serangga, binatang mengerat dan kutu beras yang dapat menurunkan mutu gabah/beras.
7) Standarisasi
a. Persyaratan Mutu Gabah Sesuai SNI
Standar mutu gabah meliputi persyaratan kualitatif dan persyaratan kuantitatif.
Persyaratan kualitatif
• Bebas hama dan penyakit
• Bebas bau busuk, asam atau bau-bau lainnya
• Bebas dari bahan kimia seperti sisa-sisa pupuk, insektisida, fungisida dan bahan kimia lainnya.
Persyaratan kuantitatif mutu gabah sesuai SNI


b. Persyaratan Mutu Beras Sesuai dengan SNI
Persyaratan mutu beras mencakup :
Persyaratan kualitatif
• Bebas hama dan penyakit
• Bebas bau busuk, asam atau bau-bau lainnya
• Bebas dari bekatul
• Bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang membahayakan.
Persyaratan kuantitatif mutu beras giling sesuai SNI 01-6128-1999